mari berbagi..

berbagi..
meski tak banyak..
tetap saja berarti..

Senin, 28 Februari 2011

menjadi pendengar yang baik...


Hari itu istri saya marah besar. Gara-garanya sepele. Sepele bagi saya tapi besar baginya.
Kebetulan hari itu istri saya sedang berhalangan sehingga bawaannya ingin marah terus. Kebetulan pula pada tanggal 14 Februari 2011 itu adalah hari kasih sayang, hari valentine, begitu kebanyakan orang menyebutnya.
Hanya saja saya sudah tidak pernah lagi merayakannya sejak saya lulus SMA, semasa kuliah dan sampai sekarang. Saya hanya merasa itu bukan budaya saya. Itu saja.
Tapi bukan karena tidak ada coklat besar pada hari itu sehingga istri saya marah besar. Sebab saya kadang membelikannya coklat selepas pulang kantor. Begini kejadiannya.
Selepas adzan Magrib saya bergegas mengambil wudlu. Pada saat bersamaan, istri saya antusias sekali bercerita tentang teman-temannya semasa kuliah dulu yang akan melangsungkan pernikahan bulan depan.  Saat sedang bercerita, kata katanya meluncur tiada henti, mengalir bak air bah. Dan saya tak sanggup menghentikannya.
Kesalahan saya adalah karena saya memandang enteng ceritanya. Saya merasa itu bukanlah hal besar. Biasa saja.
Lantas saya sholat Maghrib tanpa memberitahu istri saya. Dia masih saja bercerita dari ruang tengah sambil merapikan baju-baju sehabis disetrika, sementara saya sholat di dalam kamar.
Setelah sholat barulah saya menyadari perubahan pada istri saya. Mukanya masam, menyimpan marah dan kejengkelan yang amat sangat. Tak ada lagi kata-kata meluncur dari bibirnya. Beku. Dan saya paham kalau istri saya sedang marah besar.
Kebekuan ini ternyata berlanjut hingga larut malam. Tak ada sapaan menjelang tidur. Biasanya sebelum tidur dia menyapa saya, kemudian saya cium kedua pipi dan keningnya. Saya lalu coba meminta maaf kepada istri saya. Namun malam itu bibirnya terkunci rapat.
Hingga esok paginyapun istri saya masih marah rupanya. Saya coba membuat lelucon, namun tidak juga membuat kemarahannya mereda.
Pagi itu anak saya yang besar, si Rayyan, kebetulan rewel. Bocah itu memang masih terlalu manja dengan bundanya. Setiap bangun pagi yang dicari pasti bundanya. Apabila tidak ada bunda disampingnya, menangis keraslah ia. Seperti pagi itu.
Sementara air mandi untuk si kecil sudah saya siapkan. Akhirnya sementara istri saya menenangkan si Rayyan, saya mengambil inisiatif untuk memandikan si Titan daripada airnya keburu dingin. Ini kedua kalinya saya memandikannya.
Masih juga kerepotan. Sekarang si Titan sudah mulai pandai meronta. Gerakan kakinya  semakin kuat. Terutama setelah saya menyabun seluruh bagian tubuhnya. Agak licin rasanya. Saya takut kalau tiba-tiba ia terlepas. Keringat di dahi saya mulai bermunculan.
Waktu itulah rupanya istri saya melihat perjuangan saya memandikan si Titan. Sekilas saya melihat senyumnya. Senyum manis yang sudah lama saya kenal. Senyum yang saya tunggu-tunggu. Dan benar saja, setelah itu semuanya kembali cair.
Menjadi pendengar yang baik memang kadang cukup susah bagi sebagian orang. Namun bukan hal yang menyusahkan bagi orang yang telah terbiasa. Biasanya saya bisa menjadi pengdengar yang baik. Namun entah kenapa malam itu saya agak teledor.
Sebenarnya Anda hanya cukup mendengarkan orang lain atau pasangan Anda bicara. Dengarkan saja, dan jangan menyela jika belum dibutuhkan. Biarkan mereka mengeluarkan semua uneg-uneg atau menyelesaikan ceritanya. Dan jangan heran jika tiba-tiba mereka jengkel, sebal atau marah kepada Anda, seakan-akan Anda adalah objek cerita mereka.
Kadang Anda juga boleh mengangguk-angguk untuk menunjukkan bahwa Anda setuju atau benar-benar memperhatikan ceritanya. Jika sudah waktunya berpendapat, maka keluarkanlah pendapat Anda sebijak mungkin dan jangan terkesan menggurui. Cukup mudah bukan?
Kami biasanya  intens bercerita, atau berdiskusi lebih tepatnya, setelah agak larut malam setelah anak-anak tidur. Kadang sambil menikmati kopi panas atau susu hangat. Kadang kami rebahan di depan televisi sambil nonton film.
Kalau materinya agak berat, biasanya istri saya menyiapkan catatan dan mencatat poin-poin penting dari obrolan kami. Dari obrolan-obrolan ini biasanya kami dapat menyusun beberapa rencana kerja baik jangka pendek maupun menengah. Lumayanlah. Daripada obrolan kami berlalu begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar